Senin, 15 Juni 2009

Mahasiswa, Siapakah Anda?

Beberapa saat sebelum saya menulis ini, saya baru saja menyaksikan sebuah video yang berisi profil-profil mahasiswa berprestasi di Universitas Indonesia. Mereka semua mengemukakan gagasan-gagasan yang mulia, menjadi mahasiswa sebagai entitas pembangun bangsa, dan merupakan suatu tugas tersendiri bagi mereka untuk untuk memastikan itu terjadi....

Tetapi APAkah sebenarnya mahasiswa itu?
Secara harfiah, tentu saja seorang mahasiswa adalah seorang manusia yang berhasil memasuki jenjang pendidikan tinggi, dan melaksanakan pendidikan pada level tersebut. Tapi apakah sesempit itu makna mahasiswa? mengingat titel "mahasiswa" inilah yang ikut mengiringi proses tawuran UKI-YAI, juga beberapa peristiwa kerusuhan lainnya, yang melibatkan mahasiswa-mahasiswa di seluruh Indonesia...

Sebagai sebuah inti, sebenarnya seorang mahasiswa mempunyai tiga ruh utama, yang biasanya disebut sebagai tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Sebagai seorang pembelajar, tentu saja mahasiswa harus memperhatikan proses pendidikan, bukan hanya pendidikan kognitif, tetapi juga afektif, dan soft skill yang nantinya akan diperlukan ketika sudah tidak berstatus mahasiswa lagi. Sebagai seorang pemikir, mahasiwa tentu diharapkan dapat menuangkan ide-ide yang dia punya dalam sebuah proses penelitian, yang merupakan sarana observasi ilmu-ilmu Allah, dan sarana pembuka kehidupan masyarakat menuju kemakmuran dan kemajuan. Unsur tridharma pendidikan yang terakhir ada pengabdian masyarakat. Sadar, atau tidak sadar, masyarakat ikut menyumbang pendapatan mereka demi memajukan universitas kita, sehingga sampai saat ini kita masih bisa merasakan nikmatnya berkuliah dengan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Ketika masyarakat sudah berjasa besar untuk kita, apakah yang bisa kita lakukan sebagai sarana berterima kasih? Itulah esensi sebenarnya dari pengabdian masyarakat, dimana kita sebagai mahasiswa diharapkan dapat membantu masyarakat, tidak hanya memberikan bantuan-bantuan secara langsung, tetapi juga ikut membangun peradaban dalam menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik....

Lalu bagaimanakah sikap kita sebagai mahasiswa? Ingatlah bahwa setelah kita lulus nantinya kita akan kembali kepada masyarakat, oleh karena itu berkembanglah sesuai dengan minat dan ilmu yang kita geluti, lalu kembangkanlah ilmu tersebut sebesar-besarnya untuk kepentingan orang banyak,. Cukup sudah title "mahasiswa abadi" melekat pada kita, lepaskanlah titel itu, terus berkembang, dan kembalilah ke masyarakat dengan membawa sejuta pengharapan diatas air mata saudara-saudara kita yang masih menderita karena kemiskinan...dan pastikanlah agar kita, mahasiswa, dapat menjadi bagian dari solusi, bukanlah menjadi bagian dari permasalahan baru....


Enrico Budianto
Seorang MAHASISWA

Rabu, 10 Juni 2009

Pengumuman! Pengumuman!


Setelah agak lama tidak menelurkan postingan baru, dalam beberapa waktu ke depan saya akan meluncurkan postingan saya yang terbaru. So, jangan terlewat ya...

Jumat, 31 Oktober 2008

Belajar gak bikin IPK tinggi??

Judul diatas kayaknya provokatif banget ya, mengingat selama ini mungkin kita sudah berusaha dengan seluruh daya dan upaya untuk mencapai IPK yang tinggi...

Tapi ternyata gw menemukan anomali di kelas SDA nya pak Ruli...apaan sih?

Untuk mengetahui ceritanya kita mesti kembali ke beberapa minggu lalu dimana gw harus mengerjakan tugas kelompok statistik dengan Oktaf, Ari, Rheza, dan Guida. Tanpa dinanya, kelompok kita memilih judul "Korelasi antara metode belajar dengan prestasi akademis mahasiswa SDA kelas B Fasilkom UI". Tentu aja, untuk mengukur metode belajar gw membuat beberapa parameter kayak frekuensi belajar, waktu mengulang pelajaran, sampai jumlah buku yang dimiliki tiap pelajaran...

Tapi apa hasilnya??

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, ternyata korelasi nye kecil eeuy...Bayangin aja, korelasi tertinggi yang ada di data gw cuma korelasi bertanya kepada dosen dengan IPK , dan itu aja cuma 0,33 dari skala 1, yang bikin makin bingung, ternyata korelasi antara frekuensi belajar dengan IPK justru negatif (wakakak)....secara jeleknya bisa dibilang kalau lw belajar makin dikit ternyata IPK lw makin bagus. Di buku PPKN manapun kayaknya gak ada yang menganjurkan hal ini, hehe....

Trus maxudnya apa?

jangan belajar....(loh!?)

Sabtu, 25 Oktober 2008

Pengumuman!!

Halo-halo...


Ini adalah blog baru saya, menggantikan blog saya yang sebelumnya berada pada enricobudi.blogspot.com...

Sementara ini semua masih kosong, jad sabar ya untuk menunggu posting selanjutnya..^^